-->

Kamis, 24 Maret 2016

Penyakit Hawar Pada Daun Padi

Penyakit Hawar Pada Daun Padi

Klasikasi Xanthomonas campestris pv. Oryzae Dye
adalah sebagai berikut:

Phylum          : Prokaryota

Kelas              : Scizomycetes

Ordo               : Pseudomonadales

Famili             : Pseudomonadaceae

Genus             : Xanthomonas

Spesies           : Xanthomonas campestris pv. Oryzae



Bakteri Xanthomonas campestris pv. Oryzae  berbentuk batang pendek, di ujungnya mempunyai satu flagel dan berfungsi sebagai alat gerak. Bakteri ini berukuran 6-8 bersifat aerob,gram negatif dan tidak membentuk spora . Diatas media PDA bakteri ini membentuk koloni bulat cembung yang berwarna kuning keputihan sampai kuning kecoklatan dan mempunyai permukaan yang licin.   Penyakit hawar daun bakteri pertama kali ditemukan di Fukuoka Jepang pada tahun 1884. Pada awal abad XX penyakit ini telah diketahui tersebar luas hampir diseluruh jepang kecuali dipulau Hokkaido. Diindonesia , penyakit ini mula-mula ditemukan oleh Reitsman dan Schure oada tanaman muda didaerah Bogor dengan gejala layu. Penyakit ini dinamakan kresek dan patogennya dinamai xanthomonas kresek schure. Terbukti bahwa penyakit ini sama dengan penyakit hawar daun bakteri yang terdapat di Jepang.

Pengembangan varietas padi unggul dengan dengan hasil tinggi tetapi peka terhadap penyakit menyebabkan semakin tersebar luasnya penyakit ini.Gejala serangan penyakit hawar daun bakteri pada tanaman padi bersifat sistematis dan dapat menginfeksi tanaman pada berbagai stadium pertumbuhan. Gejala penyakit ini dapat dibedakan menjadi tiga macam,yaitu: (1). Gejala layu (kresek) pada tanaman muda atau tanaman dewasa yang peka ,(2). Gejala hawar dan (3). Gejala daun kuning pucat.

Gejala layu yang kemudian dikenal dengan nama kresek umumnya terhadap pada tanaman muda berumur 1-2 minggu setelah tanam atau tanaman dewasa yang rentan .Pada awalnya gejala terdapat pada tepi daun atau bagian daun yang luka berupa garis bercak kebasahan, bercak tersebut meluas berwarna hijau keabu-abuan , selanjutnya seluruh daun menjadi keriput dan akhirnya layu seperti tersiram air panas. Sering kali bila air irigasi tinggi, tanaman yang layu terkulai kepermukaan air dan menjadi busuk.Pada tanaman yang peka terhadap penyakit ini,gejala terus berkembang hingga seluruh permukaan daun,bahkan kadang-kadang pelepah padi sampai mengering.Pada pagi hari cuaca lembab ,eksudat bakteri sering keluar ke permukaan daun dan mudah jatuh oleh hembusan angin,gesekan angin,geekan daun atau percikan air hujan. Eksudat ini merupakan sumber penularan yang efektif.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan penyakit hawar daun bakteri kultivar padi mempunyai tingkat ketahanan yang berbeda terhadap Xanthomonas.Ketahanan disebabkan karena: 1. Bakteri terhambat penetrasinya, 2. Bakteri tidak dapat meluas secara sistematik, dan 3. Tanaman bereaksi langsung tehadap bakteri. Penyebaran penyakit yang disebabkan oleh Xanthomonas dibantu juga oleh hujan,karena hujan akan meningkatkan kelembaban dan membantu pemencaran bakteri. Intensitas penyakit yang tertinggi terjadi pada akhir musim hujan.Menjelang musim kemarau,suhu optimum untuk perkembangan Xanthomonas adalah sekitar 300C.

Pengendalian penyakit hawar daun bakteri akan lebih berhasil bila dilaksanakan secara terpadu, mengingat berbagai faktor dapat mempengaruhi penyakit ini dilapangan,misalnya keadaan tanah,pengairan,pemupukan,kelembaban,suhu dan ketahanan varietaspadi yang ditanam.Usaha terpadu yang dapat dilaksanakan mencangkup penanaman varietas yang tahan,pembuatan persemaian kering atau tidak terendam air,jarak tanam tidak terlalu rapat, tidak memotong akar dan daun bibit yang akan ditanam, air tidak terlalu tinggi pada waktu tanaman baru ditanam dan menghindari pemberian pupuk N yang terlalu tinggi.

Upaya pengendalian untuk mengatasi penyakit ini yaitu dengan melakukan beberapa hal :

1. Perbaikan cara bercocok tanam,melalui:

Pengolahan tanah secara optimal.

Pengaturan pola tanam dan waktu tanam serempak dalam satu hamparan.

Pergiliran tanam dan varietas tahan

Penanaman varietas unggul dari benih yang sehat.

Pengaturan jarak tanam.

Penanaman varietas unggul dari benih yang sehat.

Pengaturan jarak tanam

Pemupukan berimbang (N,P,K dan unsur mikro) sesuai dengan fase pertumbuhan dan musim

Pengaturan sistem pengairan sesuai dengan fase pertumbuhan tanaman.

2.  Sanitasi lingkungan.

3.  Pemanfaatan agensi hayati Corynebacterium.

4.  Penyemprotan bacterisida anjuran paling efektif dan diizinkan secara bijaksana berdasarkan.

hasil pengamatan.



Hawar Pelepah Padi

Klasifikasi Rhizoctonia solani sebagai berikut:

Kingdom            : Fungi

Phylum               : Basidiomycota

Class                   : Agaricomycetes

Order                  : Cantharellales

Family                : Ceratobasidiaceae

Genus                 : Rhizoctonia

Species               : R. Solani

Hawar pelepah padi menjadi penyakit yang semakin penting di beberapa negara penghasil padi.Di indonesia, hawar pelepah mudah ditemukan pada ekosistem padi dataran tinggi sampai dataran rendah.Gejala penyakit dimulai pada bagian pelepah dekat permukaan air.Gejala berupa bercak-bercak besar berbentuk jorong, tepi tidak teratur berwarna coklat dan bagian tengah berwarna putih pucat.Semenjak dikembangkan varietas padi yang beranakan banyak dan didukung oleh pemberian pupuk yang berlebihan terutama nitrogen, serta cara tanam debgan jarak yang rapat menyebabkan perkembangan hawar pelepah semakin parah.Kehilangan hasil padi akibat penyakit hawar pelepah dapat mencapai 30%.

Dilihat dari segi biologi dan ekologinya,Penyakit hawar pelepah mulai terlihat berkembang di sawah pada saat tanaman padi stadia anakan maksimum dan terus berkembang sampai menjelang panen, namun kadang tanaman padi di pembibitan dapat terinfeksi parah. Rhizoctonia solani Kuhn termasuk cendawan tanah, sehingga disamping dapat bersifat sebagai parasit juga dapat sebagai saprofit. Pada saat tidak ada tanaman padi, cendawan ini dapat menginfeksi beberapa gulma di pematang juga tanaman palawija yang biasanya digunakan untuk pergiliran tanaman seperti jagung dan kacang-kacangan. Cendawan ini bertahan di tanah dalam bentuk sklerosia maupun miselium yang dorman. Sklerosia banyak terbentuk pada tumpukan jerami sisa panen maupun pada seresah tanaman yang lain. Selama pengolahan tanah sklerosia tersebut dapat tersebar ke seluruh petakan sawah dan menjadi inokulum awal penyakit hawar pelepah pada musim tanam berikutnya.Fenomena ini menunjukkan bahwa sumber inokulum penyakit hawar pelepah selalu tersedia sepanjang musim.

Rhizoctonia solani terutama menyerang benih tanaman dibawah permukaan tanah, tetapi juga dapat menginfeksi polong,akar,daun dan batang.Gejala yang paling umum dari Rhizoctonia adalah “redaman off”, atau kegagalan benih yang terinfeksi untuk berkecambah.Rhizoctonia soloni dapat menyerang benih sebelum berkecambah atau dapat membunuh bibit sangat muda segera setelah terjadi perkecambah.Ada berbagai kondisi lingkungan yang menempatkan tanaman pada risiko tinggi infeksi karena Rhizoctonia patogen lebih suka iklim basah hangat untuk infeksi dan pertumbuhan. Bibit adalah yang paling rentan terhadap penyakit hawar pada pelepah.

Siklus penyakit Rhizoctonia solani dapat bertahan dalam tanah selama bertahun-tahun dalam bentuk sclerotio.Sclerotia dari Rhizoctonia memiliki lapisan luar tebal memungkinkan untuk bertahan hidup dan berfungsi sebagai pelindung dari suhu dingin,pathogen juga dapat mengambil bentuk miselium yang berada di permukaan tanah.Jamur tertarik oleh rangsangan kimia yang dilepaskan oleh tanaman yang tumbuh atau residu tanaman membusuk.Proses penetrasi dari sebuah host dapat dicapai dalam beberapa cara.Pathogen dapat melepaskan enzim yang dapat memecahkan dinding sel tanaman,dan terus menjajah dan tumbuh di dalam jaringan yang mati.Ini adalah rincian dari sel dinding dan kolonisasi pathogen dalam host adalah apa bentuk sclerotia tersebut.Baru innoculum diproduksi didalam jaringan host,dan siklusyang baru diulang saat tanaman baru menjadi tersedia.Siklus penyakit dimulai seperti 1) yang sclerotia atau miselium melewati musim dingin pada tanaman puing,tanah atau host. 2) Para hifa muda dan basidia berbuah (jarang) muncul dan menghasilkan miselium dan basidiospora. 3) Produksi sangat jarang dari basidiospora berkecambah menembus stoma sedangkan tanah miselium pada permukaan tanaman dan mengeluarkan enzim yang diperlukan ke permukaan tanaman dalam rangka untuk memulai infeksi dari tanaman inang. 4) Setelah mereka berhasil menyerang miselium host-nekrosik dan membentuk sclerotia dalam dan di sekitar jaringan yang terinfeksi yang kemudian mengarah ke berbagai gejala yang berhubungan dengan penyakit seperti tanah busuk,busuk batang,rendaman dan lain sebagainya.

Dilihat dari cara hidupnya patogen dikenal lebih menyukai cuaca yang basah,hangat dan wabah biasanya terjadi pada bulan-bulan awal musim panas kebanyakan gejala patogen tidak terjadi sampai akhir musim panasdan dengan demikian sebagian besar petani tidak menyadari tanaman terjangkit sampai panen.Kombinasi faktor lingkungan telah dikaitkan dengan prevalensi patogen seperti:adanya tanaman inang,curah hujan sering atau irigasi dan suhu meningkat di musim semi dan musim panas.Selain itu, pengurangan drainase tanah karena berbagai teknik seperti pemadatan tanah juga dikenal untuk menciptakan lingkungan yang menguntungkan bagi patogen.Patogen tersebar sebagai sclerotia,dan sclerotia ini dapat berpergian dengan sarana angin,air atau tanah gerakan antara tanaman inang.

Pengendalian hawar pelepah padi (Rhizoctonia solani Kuhn) dapat dikendalikan secara kimia,biologi dan teknik budidayanya. Pengendalian secara kimia dengan menggunakan fungisida berbahan aktif benomyl,difenoconazal,mankozeb,dan validamycin dengan dosis 2cc atau 2g per satu liter air dapat menekan perkembangan cendawa R. Solani kuhn
Pengendalian secara biologi dengan penyemprotan beberapa bakteri antagonis dapat mengurangi tingkat keparahan hawar pelepah. Penambahan bahan organik yang sudah terdekomposisi sempurna/sudah matang (kompos jerami dengan C/N rasio ±10) dengan dosis 2 ton/ha, dapat menekan perkecambahan sklerosia di dalam tanah dan menghambat laju perkembangan penyakit hawar pelepah di pertanaman.

Pengendalian dengan teknik budidaya diantaranya yaitu menerapkan jarak tanam tidak terlalu rapat, pemupukan komplit dengan pemberian nitrogen sesuai kebutuhan, serta didukung oleh cara pengairan yang berselang. Cara ini dapat menekan laju infeksi cendawan R. solani pada tanaman padi.  Disamping itu, pengurangan sumber inokulum di lapangan dapat dilakukan dengan sanitasi terhadap gulma-gulma disekitar sawah.Pengendalian penyakit hawar pelepah mempunyai peluang keberhasilan yang lebih tinggi bila taktik-taktik pengendalian tersebut di atas dipadukan (pengendalian penyakit secara terpadu).


Penyakit Blas

Klasifikasi penyakit blas sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisio     : Mycota

Kelas        : Deuteromycetes

Ordo         : Moniliales

Family      : Moniliaceae

Genus       : Pyricularia

Spesies     : Pyricularia oryzae Cav.

Di Indonesia Penyakit blas (Pyricularia grisea) merupakan penyakit penting terutama pada padi gogo. Akhir-akhir ini penyakit blas khususnya blas leher menjadi tantangan yang lebih serius karena banyak ditemukan pada beberapa varietas padi sawah di Jalur Pantura Jawa Barat. Penyebab penyakit dapat menginfeksi tanaman pada  semua stadium tumbuh dan menyebabkan tanaman puso. Pada tanaman stadium vegetatif biasanya menginfeksi bagian daun, disebut blas daun (leaf blast). Pada stadium generatif selain menginfeksi daun juga menginfeksi leher malai disebut blas leher (neck blast).

Dilihat dari segi biologi dan ekologinya, gejala penyakit blas dapat timbul pada daun, batang, malai, dan gabah, tetapi yang umum adalah pada daun dan pada leher malai. Gejala pada daun berupa bercak-bercak berbentuk seperti belah ketupat dengan ujung runcing. Pusat bercak berwarna kelabu atau keputih-putihan dan biasanya memmpunyai tepi coklat atau coklat kemerahan. Gejala penyakit blas yang khas adalah busuknya ujung tangkai malai yang disebut busuk leher (neck rot). Tangkai malai yang busuk mudah patah dan menyebabkan gabah hampa. Pada gabah yang sakit terdapat bercak-bercak kecil yang bulat.

Penularan penyakit blas  terjadi melalui konidia yang terbawa angin. Konidia dibentuk dan dilepas waktu malam, meskipun serimg terjadi siang hari sehabis turun hujan. Konidium ini hanya dilepaskan jika kelembaban nisbi udara lebih tinggi dari 90%. Pelepasan terjadi secara eksplosif, karena pecahnya sel kecil di bawah konidium sebagai akibat dari pengaruh tekanan osmotik. Penetrasi kebanyakan terjadi secara langsung dengan menembus kutikula. Permukaan atas daun dan daun-daun yang lebih muda lebih mudah dipenetrasi. Patogen P. oryzae dapat mempertahankan diri pada sisa-sisa tanaman dan gabah dalam bentuk miselium dan konidium.

Penyakit blas tingkat keparahannya di pengaruhi oleh beberapa faktor.Kelebihan nitrogen dan kekurangan air menambah kerentanan tanaman. Diduga bahwa kedua faktor tersebut menyebabkan kadar silikon tanaman rendah. Kandungan silikon dalam jaringan tanaman menentukan ketebalan dan kekerasan dinding sel sehingga mempengaruhi terjadinya penetrasi patogen kedalam jaringan tanaman. Tanaman padi yang berkadar silikon rendah akan lebih rentan terhadap infeksi patogen. Pupuk nitrogen berkorelasi positif terhadap keparahan penyakit blas. Artinya makin tinggi pupuk nitrogen keparahan penyakit makin tinggi.

Perkecambahan konidium Pyricularia grisea memerlukan air. Jangka waktu pengembunan atau air hujan merupakan kondisi yang sangat menentukan bagi konidium yang menempel pada permukaan daun untuk berkecambah dan selanjutnya menginfeksi jaringan tanaman. Bila kondisi sangat baik yaitu periode basah lebih dari 5 jam, sekitar 50% konidium dapat menginfeksi jaringan tanaman dalam waktu 6-10 jam. Suhu optimum untuk perkecambahan konidium dan pembentukan apresorium adalah 25-28 C.

Untuk mengendalikan penyakit blaz agar tidak berlebihan maka sampai saat ini pengendalian yang paling efektif adalah dengan varietas tahan. Varietas Limboto,  Way Rarem, dan Jatiluhur di beberapa tempat di Purwakarta, Subang, dan Indramayu tergolong tahan terhadap penyakit blas leher.    Patogen P. grisea sangat mudah membentuk ras baru yang lebih virulen dan ketahanan varietas sangat ditentukan oleh dominasi  ras patogen. Hal ini menyebabkan penggunaan varietas tahan sangat dibatasi oleh waktu dan tempat. Artinya varietas yang semula tahan akan menjadi rentan setelah ditanam beberapa musim dan varietas yang tahan di satu tempat mungkin rentan di tampat lain. Ketahanan varietas yang hanya ditentukan oleh satu gen (monogenic resistant) mudah terpatahkan. Untuk itu pembentukan varietas tahan yang memiliki lebih dari satu gen tahan (polygenic resistant) sangat diperlukan. Penggunaan varietas harus disesuaikan dengan kondisi struktur populasi ras yang ada. Pergiliran varietas dengan varietas unggul lokal yang umumnya tahan terhadap penyakit blas sangat dianjurkan. Penyakit blas merupakan penyakit yang terbawa benih (seed borne pathogen), maka untuk mencegah penyakit blas dianjurkan tidak menggunakan benih yang berasal dari daerah endemis penyakit blas.

Kita tahu bahwa ketahanan varietas terhadap penyakit tidak berlangsung lama, maka diperlukan pendukung untuk menjaga ketahanan varietas itu yaitu dengan menggunakan fungisida.Fungisida merupakan teknologi yang sangat praktis untuk mengatasi penyakit blas,namun hal tersebut menyebabkan terganggunya ekosistem disekitarnya.,maka fungisida harus digunakan secara rasional yaitu harus memperhatikan jenis,dosis dan waktu aplikasi yang tepat.


Busuk Batang

Klasifikasi busuk batang jamur Helminthosporium oryzae di klasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Myceteae

Divisio     : Amastigomycotae

Kelas       : Deuteromycetes

Ordo        : Monitiales

Famili      : Dematlaceae

Genus      : Helminthosporium

Spesies     : Helminthosporium oryzae

Di indonesia penyakit busuk pada batang padi merupakan penyakit utama. Kehilangan hasil padi akibat penyakit busuk batang 25-30%. Busuk batang ditemukan lebih parah pada varietas padi beranakan banyak yang ditanam pada lokasi kahat kalium serta berdrainase jelek. Umumnya penyakit ini kurang mendapat perhatian, karena dianggap sebagai gangguan yang bersifat klasik dan biasa-biasa saja

Dilihat dari sifat biologi dan ekologinya,gejala penyakit diawali dengan bercak kecil kehitaman pada pelepah bagian luar di atas batas permukaan air, selanjutnya bercak membesar. Cendawan penyebab penyakit menembus bagian dalam pelepah  dan menginfeksi batang sehingga menyebabkan busuk pada batang dan pelepah.  Cendawan penyebab busuk batang menghasilkan sklerosia yang berbentuk bulat kecil berwarna hitam.  Sklerosia banyak terdapat pada bagian dalam batang padi yang membusuk.Selama kondisi lingkungan kurang menguntungkan, cendawan menghasilkan sklerosia secara berlimpah  sebagai alat untuk bertahan hidup.  Sklerosia tersimpan dalam tunggul dan jerami sisa panen. Selama pengolahan tanah sklerosia tersebut dapat tersebar ke seluruh petakan sawah dan menjadi inokulum awal penyakit busuk batang pada musim tanam berikutnya.

Maka untuk mengendalikan penyakit busuk batang kita menggunakan tanaman varietas tahan,namun karena tanaman memiliki ketahanan varietas tertentu maka untuk itu kita menggunakan fungisida yang berbahan aktif difenoconazal untuk menggendalikan penyakit busuk batang.selain itu teknik pengolahan lingkungan seperti jerami dan tunggul dari tanaman yang terinfeksi diangkut keluar petakan sawah dan dibakar ,pengeringan sawah secara berkala,dan lain sebagainya.


Bercak Daun Cercospora

Klasifikasi penyakit bercak daun yang disebabkan oleh jamur Cercospora sp sebagai berikut:

Kingdom : Myceteae

Divisi      : Amastigomycotae

Kelas       : Deuteromycetes

Ordo        : Moniliales

Famili      : Dematiaceae

Genus      : Cercospora

Spesies     : Cercospora sp

Penyakit bercak daun di Indonesia yang disebabkan oleh Cercospora sangat banyak ditemukan di daerah persawahan dan hal itu sangat merugikan apalagi pada sawah tadah hujan yang kahat kalium.Hal itu disebabkan oleh keringnya daun sebelum waktunya dan keringnya pelepah yang menyebabkan tanaman padi menjadi rebah.

Dari sifat biologi dan ekologinya,gejala yang ditimbulkan akibat serangan Cerospora sp berupa bercak-bercak sempit memenjang,berwarna coklat kemerahan sejajar ibu tulang daun,dengan ukuran panjang kurang lebih 5 mm dan 1-1,5 mm. Banyaknya bercak makin meningkat pada waktu tanaman membentuk anakan.Pada saat tanaman mulai masak gejala yang berat mulai terlihat pada daun bendera dan gejala paling berat mulai terlihat pada daun bendera dan gejala paling berat menyebabkan daun mengering dan batang menjadi rebah.Jamur penyebab penyakit bercak daun mengadakan penetrasi ke jaringan melalui stomata.Perkembangan penyakit bercak daun sangat dipengaruhi oleh faktor ketahanan varietas dan pemupukan. Pengendalian penyakit bercak daun cercospora adalah dengan penanaman varietas tahan  dan perbaikan kondisi tanaman.Pemupukan N, P, dan K yang mencukup kebutuhan tanaman sangat efektif menekan perkembangan penyakit. Penyemprotan fungisida difenoconazol satu kali dengan dosis 1 cc per satu liter air volume semprot 400-500 l /ha pada stadium anakan maksimum, menekan perkembangan penyakit bercak daun cercospora hingga 32,10%.

PENUTUP

Kesimpulan

Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan kita dapat menarik kesimpulan bahwa padi yang ditemukan di ngijo dan lamongan memiliki penyakit sangat beragam hal itu mungkin dipengaruhi letak geografis dan cuaca yang ada didaerah tersebut yang berbeda pada suatu daerah.Penyakit yang menyerang tanaman padi di sebabkan oleh patogen yaitu jamur  berikut adalah penyakit yang ditemukan di ngijo dan di lamongan seperti Hawar pada daun padi,Hawar pelepah,penyakit blas,busuk batang dan bercak daun cercospora.Dilihat dari biologi dan dan ekologinya rata- rata penyakit pada padi hampir memiliki kesamaan satu sama lain yaitu suka hidup  pada cuaca yang basah,hangat dan wabahnya terjadi pada awal musim panas.

Untuk mengatasi penyakit pada tanaman padi kita dapat melakukan pengendalian dengan menanam varietas tahan,karena varietas tahan dapat menekan penyakit yang terdapat pada tanaman padi,namun kita tidak bisa bergantung sepenuhnya pada varietas tahan karena ketahanan tanaman memiliki batas ketahanannya masing-masing.Untuk itu kita dapat menggunakan fungisida yang telah terbukti dapat mengendalikan serangan jamur,untuk mendukung keberlangsungan varietas tahan.Pemakaian fungisida tidak boleh digunakan secara berlebihan karena dapat membahayakan ekosistem yang ada ditempat itu dan dapat mencemari lingkungan untuk itu pemakaiannya harus sesuai takaran agar merusak lingkungan secara berlebihan.

Saran

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan khususnya saya sendiri,saya mengerti makalah ini kurang sempurna.Untuk itu saya mohon kritik dan saran yang bersifat membangun.

Show comments
Hide comments
Tidak ada komentar:
Write comment

Latest News

Back to Top