Kelapa (Cocos nucifera ) adalah salah satu bahan baku potensial pembuatan biodiesel yang ketersediaannya di dalam negeri cukup melimpah. Minyak kelapa merupa-kan komoditas yang berharga cukup mahal di pasar inter- nasional, karena sangat dibutuhkan oleh industri oleokimia dan pangan. Untuk menghindari persaingan penyediaan minyak kelapa sebagai bahan baku kedua industri tersebut, maka dalam memproduksi biodiesel dapat memanfaatkan minyak kelapa yang masih terkandung di dalam ampas kelapa. Ampas kelapa merupakan hasil samping dari ekstraksi daging kelapa untuk mendapatkan santan sebagai bahan baku pembuatan minyak kelapa. Kandungan minyak di dalam ampas kelapa berkisar 12,2 - 15,9% sehingga merupakan potensi yang besar untuk digunakan sebagai bahan baku pembuatan biodiesel. Selama ini ampas kelapa hanya sebagian kecil yang dimanfaatkan, sisanya terbuang sebagai limbah. Pengolahan menjadi biodiesel akan meningkatkan nilai tambah dariampas kelapa.
Pembuatan biodiesel yang umum dilakukan adalah dengan reaksi transesterifikasi/esterifikasi yaitu mereaksikan minyak nabati dengan metanol/etanol dan katalis. Sedangkan untuk membuat biodiesel dari ampas kelapa dilakukan dengan langsung mereaksikan ampas kelapa dengan metanol dan katalis, tanpa terlebih dahulu mengekstraksi minyak yang terkandung di dalam ampas kelapa. Proses ini dikenal dengan reaksi transesterifikasi in situ (ekstraksi dan transesterifikasi serempak).
Transesterifikasi in situ pertama-tama dilakukan oleh para ahli kimia analitik dalam upaya mempersingkat waktu yang diperlukan untuk menentukan komposisi asam-asam lemak yang dikandung biji-bijian sumber minyak. Keefektifan aplikasi transesterifikasi in situ pada ampas kelapa untuk pembuatan biodiesel diperoleh pada temperatur kamar, penambahan katalis kalium metoksida sebanyak 3-4% dan tanpa menggunakan penstabil katalis. Biodiesel yang dihasilkan memenuhi syarat mutu menurut SNI-04-7182-2006, dengan angka asam 0,359-0,388 mg KOH/g, kadar gliserol total 0,174-0,197%-b, kadar gliserol bebas 0,0028-0,0049%-b, kadar ester alkil 99,46-99,52% dan yield 35%.
Pengembangan unit pengolah biodiesel berbahan baku ampas kelapa sebaiknya terintegrasi dengan industri pengolahan kelapa untuk kemudahan memperoleh bahan baku. Biodiesel yang dihasilkan dapat langsung digunakan sebagai bahan bakar untuk menggerakkan mesin-mesin produksi pada industri pengolahan kelapa tersebut.
http://perkebunan.litbang.deptan.go.id/index.php/id/berita/184
Transesterifikasi in situ pertama-tama dilakukan oleh para ahli kimia analitik dalam upaya mempersingkat waktu yang diperlukan untuk menentukan komposisi asam-asam lemak yang dikandung biji-bijian sumber minyak. Keefektifan aplikasi transesterifikasi in situ pada ampas kelapa untuk pembuatan biodiesel diperoleh pada temperatur kamar, penambahan katalis kalium metoksida sebanyak 3-4% dan tanpa menggunakan penstabil katalis. Biodiesel yang dihasilkan memenuhi syarat mutu menurut SNI-04-7182-2006, dengan angka asam 0,359-0,388 mg KOH/g, kadar gliserol total 0,174-0,197%-b, kadar gliserol bebas 0,0028-0,0049%-b, kadar ester alkil 99,46-99,52% dan yield 35%.
Pengembangan unit pengolah biodiesel berbahan baku ampas kelapa sebaiknya terintegrasi dengan industri pengolahan kelapa untuk kemudahan memperoleh bahan baku. Biodiesel yang dihasilkan dapat langsung digunakan sebagai bahan bakar untuk menggerakkan mesin-mesin produksi pada industri pengolahan kelapa tersebut.
http://perkebunan.litbang.deptan.go.id/index.php/id/berita/184
Tidak ada komentar:
Write comment