-->

Sabtu, 19 April 2014

Tips Mengatasi Serangan Penyakit Kresek Pada Padi

Serangan penyakit kresek, hawar daun bakteri (BLB) pada tanaman padi telah meresahkan para petani kita. Sepertinya sekarang ini kresek telah menjadi penyakit utama pada tanaman padi. Kerugian yang ditimbulkan oleh serangan kresek tidak main-main, bisa mencapai 75 %. 

Belum pahamnya petani tentang penyakit kresek ini menjadi kendala untuk mengendalikannya. Berbagai cara pengendalian secara kimia dilakukan petani namun banyak yang belum mendapatkan hasil yang maksimal. Padahal ada cara organik yang sangat efektif untuk mengendalikan penyakit kresek ini (keefektifannya bisa mencapai 80%). 

Salah satu pengendali kresek yang telah teruji dalam berbagi demplot kita di daerah Banyumas adalah dengan menggunakan agensi hayati Coryne bacterium sp. Selain harganya sangat murah Coryne bacterium sp juga tidak menimbulkan pencemaran lingkungan. 

Coryne bacterium sp. yang merupakan salah satu agens hayati bersifat antagonis dapat mengendalikan beberapa jenis penyakit tanaman. Yang paling utama Coryne bacterium sp. dapat mengendalikan penyakit kresek pada tanaman padi yang disebabkan oleh bakteri Xanthomonas campestris pv oryzae.

Adapun penyakit tanaman lain yang dapat dikendalikan oleh agens antagonis Coryne bacterium sp adalah penyakit bercak daun pada jagung, penyakit bengkak akar pada kubis, dan penyakit bakteri layu pisang 

Bakteri ini berbentuk batang, jenis gram positif. Koloninya berwarna putih kotor, dan di bawah lampu ultra violet tidak bereaksi. Kemampuan bakteri ini dalam menekan penyakit Kresek (BLB) mencapai 80 persen. 

Sasaran bakteri Coryne bacterium sp. 

Bakteri ini efektif untuk mengendalikan penyakit Kresek (BLB) yang disebabkan oleh Xanthomonas campestris pv oryzae, Hawar Daun Jingga (BRS) yang disebabkan oleh Pseudomonas sp pada tanaman 
padi, bercak daun Helminthosporium sp dan Cercospora sp pada tanaman jagung, penyakit akar gada (Plasmodiophora brassicae) pada tanaman kubis, serta penyakit layu bakteri (Ralstonia solanacearum) 
pada tanaman pisang. 

sumber

Pengendalian Penyakit Kresek (Hawar Daun Bakteri) Tanaman Padi

Penyakit kresek (penyakit hawar daun bakteri) adalah penyakit padi yang penting dan umum ditemukan di Kecamatan Padang Gelugur, di lahan beririgasi dan sawah tadah hujan. Di sawah yang terinfeksi ini kehilangan hasil panen dapat berkisar antara 6-60%.

Serangan penyakit kresek (penyakit hawar daun bakteri) pada tanaman padi yang disebabkan oleh bakteri Xanthomonas oryzae pv. Oryzae dapat mengakibatkan kerusakan tanaman dan menurunkan produksi. Bahkan, dalam serangan berat, dapat mengakibatkan terjadinya puso. Serangan penyakit ini dapat terjadi pada fase bibit, tanaman muda dan tanaman tua.

Gejala Serangan

Tanda awal serangan penyakit ini adalah pucuk daun menguning, kemudian menjalar melalui pinggir daun hingga ke pangkal. Pada serangan berat, daun padi akan tampak mengering. Pada serangan berat, dapat terjadi hanya dalam waktu 30 hari, dan padi menjadi kering serta mengakibatkan puso.
Penyakit-penyakit hawar pelepah dan busuk batang menyebabkan tanaman mudah rebah sehingga sangat mengganggu proses pengisian gabah karena kerebahan biasanya terjadi pada saat padi mencapai stadia pengisian gabah. Penyakit tersebut sangat merugikan karena meningkatkan gabah hampa atau gabah tidak terisi sempurna.

Penularan Penyakit

Penyakit menyebar terbawa air, angin dan benih dan infeksi terjadi melalui stomata. Perkembangan penyakit hawar daun bakteri (BLB) / kresek sangat dipengaruhi oleh kelembaban tinggi dan suhu rendah (20 – 220C). Itu sebabnya pada musim hujan yang hari-harinya tertutup awan, penyakit berkembang sangat baik.

Penanaman varietas peka dengan jarak tanam yang rapat, pemakaian pupuk nitrogen yang berlebihan yaitu > 300 kg urea/ha, dan pemakaian pupuk nitrogen tanpa fosfor (TSP) dan atau kalium (KCl) akan mendorong perkembangan penyakit tersebut

Pengendalian

Belum ditemukan cara pengendalian yang dapat dianjurkan, namun pengeringan berkala (satu hari digenangi, tiga hari dikeringkan) dan penggunaan pupuk kalium (KCl) dapat menurunkan keparahan penyakit.

Usaha pengendalian perlu memanfaatkan varietas tahan, dan juga manajemen pupuk (N yang tidak berlebih, P dan K yang cukup).

Penyakit ini dapat ditekan dengan menanam dalam larikan (Legowo). Sistem tanam legowo dapat memperbaiki iklim di sekitar tanaman melalui perbaikan aerasi dan penetrasi sinar matahari dan menekan pertumbuhan penyakit kresek. Pemupukan berimbang yang lengkap dapat meningkatkan kemampuan bertahan tanaman terhadap penyakit

Pergiliran varietas dan tanaman, sanitasi (pertahankan sawah bersih—buang atau bajak gulma, jerami yang terinfeksi), eradikasi (pemusnahan) pada tanaman padi yang terserang dapat dilakukan untuk mengendalikan penyakit kresek pada suatau daerah tertentu.

Perlakukan benih padi secara khusus, yakni dengan melakukan perendaman selama 12-24 jam dengan larutan hypoclorit dengan dosis 1:300 terhadap benih padi. Tujuannya, untuk pencegahan sejak dini dengan membersihkan benih dari bakteri yang menyebabkan penyakit kresek. Setelah dilakukan perendaman, perlu dilakukan penyemprotan dengan menggunakan agensi hayati corinebacterium (5 cc per liter) atau pestisida dengan bahan aktif agrimicin (2 cc per liter) pada saat 14 hari setelah tanam (HST), 24 HST dan 48 HST. Tujuannya untuk melindungi bakal daun muda yang akan tumbuh, setelah daun yang ada terserang kresek.

Keringkan sawah setelah panen dan biarkan bera (tidak ditanami) beberapa minggu untuk membunuh bakteri yang mungkin bertahan dalam tanah atau sisa tanaman.

Penggunaan bakterisida seperti Agrep atau Agrimicyn, Nordox
Diposkan oleh : Agung NK, Penyuluh WKP Bahagia Padang Gelugur

sumber


Penyakit Kresek Pada Padi Yang disebabkan Oleh Xanthomonas sp.

Tanaman padi  merupakan komoditas penting di Indonesia karena merupakan makanan pokok di Negara ini. Dalam membudidayakannya, kerap kali OPT menjadi kendala dalam mencapai target produksi. Salah satu OPT tersebut adalah Xanthomonas sp  dan gejala yang ditimbulkannya dikenal dengan istilah kresek/ nglaras/ hawar daun bakteri (HDB).

Gejala awal dari serangan ini adalah adanya becak-becak nekrosis di sekitar pinggir daun, yang semakin lama akan menyatu dan berubah warna menjadi kering kecoklatan (jw: nglaras). Ciri khas dari serangan HDB adalah daun yang kering tapi tulang dunnya masih kelihatan segar sebagaimana tampak pada gambar.

Xanthomonas sp biasanya menyerang pada saat tanaman mulai memasuki masa generatif atau pada usia 50 hari ke atas. Serangan patogen ini ditandai dengan terjadinya matinya jaringan tanaman yang ada di pinggir daun sehingga daun tampak kering di bagian pinggirnya.  Pada tahap lanjut, bagian yang kering ini akan semakin meluas ke arah tulang daun  hingga seluruh daun akan tampak mengering. Penyakit biasanya menyerang tanaman melalui luka – luka yang ada pada jaringan daun seperti luka akibat mekanis seperti pemotongan daun pada saat akan tanam ataupun terkena angin kencang sehingga banyak daun yang pecah.

Tanaman yang terserang oleh Xanthomonas sp tetap akan mengeluarkan malai secara normal. Namun pengisian malai akan mengalami gangguan yang diakibatkan oleh rusaknya daun bendera yang merupakan alat vital bagi tanaman padi selama proses ini. Pengisian malai hanya akan sampai pada ujungnya saja, sedangkan pangkal malai akan hampa. Kerugian akibat rusaknya daun bendera sangat besar, yaitu berkisar antara 30-50 %.

Untuk mengendalikan penyakit ini, petani biasanya menggunakan bakterisida baik yang berbahan aktif tembaga, ataupun yang berbahan aktif antibiotik streptomycyn. Pada hamparan yang luas, penggunaan berlebihan bahan aktif di atas sangat sulit dikontrol dan hanya akan menyebabkan kekebalan OPT terhadap bahan aktif bersangkutan. Selain itu  juga dapat membunuh musuh alami dari Xanthomonas sp, dalam hal ini adalah Coryne bacterium.

Cara penyebaran penyakit, ada dua cara yaitu:
1. Benih yang terkontaminasi:  Benih yang diambil dari tanaman terserang Xanthomonas      
    kemungkinan besar akan menularkannya  pada tanaman berikutnya.
2. Udara : Pada kelembaban yang tinggi, bakteri ini dapat membentuk spora dan menerbangkannya 
    bersamaan dengan tiupan angin sehingga dapat menularkannya pada areal yang jauh lebih luas.
    
Pencegahan dan pengobatan :

  • Menggunakan benih yang sehat.
  • Perendaman benih menggunakan larutan Corynebacterium dosis 5-10 cc/liter air selama kurang lebih 30 menit.
  • Tidak memotong ujung daun pada bibit yang ditanam.
  • Penggunaan pupuk organik dan pupuk berimbang.
  • Mengurangi dosis pupuk N, terutama dari golongan amida (UREA).
  • Tidak menggunakan benih dari tanaman yang terserang.
  • Penyemprotan menggunakan Corynebacterium secara berkala sebelum terjadinya serangan.
  • Penyemprotan menggunakan Corynebacterium secara berkala pada tahap awal terjadinya serangan.


Cara kerja Agensia Hayati khusus HDB    :
Corynebacterium merupakan bakteri hiperparasit yang bekerja dengan cara memangsa  Penyakit Xanthomonas sp (penyebab kresek), dan juga melakukan kompetisi ruang hidup sehingga perkembangan penyakit akan terhambat.

Cara aplikasi Coryne bacterium :

  1. Perendaman benih : benih direndam dalam larutan coryne dosis 5-10 cc/lt selama 30-60 menit.  (syarat coryne yang digunakan adalah memiliki populasi minimal 10 pangkat 20)
  2. Pembibitan : lakukan penyemprotan pada uritan umur 10-15 hari dengan dosis 5-10 cc/lt air.
  3. Pertanaman : 1. umur 20 Hst, dengan dosis 2-5 cc/lt

                        2. umur 35 Hst, dengan dosis 2-5 cc/lt
                        3. umur 50 Hst, dengan dosis 5 cc/lt
                        4. umur 75 Hst dengan dosis 5-10 cc/lt
                        5.  umur 85 Hst dengan dosis 5-10 cc/lt
Perhatian       :

  • Hal yang perlu diperhatikan selama menggunakan Agensia Hayati adalah sebagai berikut:
  • Pastikan alat semprot bebas dari bekas fungisida dan bakterisida
  • Aplikasi Agensia hayati minimal 7 hari setelah aplikasi fungisida/bakterisida terakhir.
  • Penyemprotan sebaiknya dilakukan pada saat pagi hari (hingga 09.30) dan sore hari (setelah 14.30)
  • Tidak boleh dicampur dengan fungisida dan bakterisida.
  • Populasi Agensi Hayati yang direkomendasikan adalah memiliki populasi minimal 10 pangkat 20.

Agensia hayati sudah rusak jika sudah mengalami pengendapan, berubah warna dan baunya tidak sedap. 

Keuntungan menggunakan Agensia Hayati adalah:
    1. Sekali diaplikasikan, bakteri baik akan tetap berada di areal pertanaman sehingga
        keberadaannya akan menjadi penyeimbang bakteri penyakit.
    2. Pada kelembaban yang tinggi perkembangan agensia hayati akan dapat menekan
        perkembangan bakteri penyakit. Sementara jika menggunakan bahan kimia, kelembaban yang
        tinggi akan dapat menurunkan efektifitas racun.
    3. Aman bagi lingkungan dan manusia.
    4. Bekerja spesifik terhadap OPT sasaran sehingga ramah lingkungan.

untuk dapat memperoleh agensia hayati berkualitas, hubungi No As: 085257784044

sumber


Show comments
Hide comments
Tidak ada komentar:
Write comment

Latest News

Back to Top