-->

Sabtu, 19 April 2014

Burung Emprit Tak Lagi Takut Boneka Sawah


TEMPO.CO, Bojonegoro - Petani di Bojonegoro, Jawa Timur, punya cara unik mengusir burung emprit, burung kecil yang memakan padi siap panen. Caranya, yaitu membuat mercon bumbung (bambu yang tengahnya dilubangi). Suara keras membuat ratusan burung warna cokelat itu kabur beterbangan.

Cara unik mengusir burung emprit ini tak sebagaimana kebiasaan petani di Bojonegoro. Biasanya mereka menggunakan pelbagai cara. Mulai dari menebar jaring di sekitar tegakan padi, atau membuat patung dari orang-orangan dan diberi suara agar burung takut. Tetapi, itu semua tak lagi dianggap efektif.

Teknik mengusir baru diterapkan diantaranya di persawahan seluas 12 hektare di Kelurahan Klangon, Kota Bojonegoro, yang memiliki padi siap panen. Para petani, sengaja memasang mercon bumbung sebanyak lima unit. Dipasang di pematang sawah dekat gubuk.

Mercon bumbung, dijalankan dengan proses sederhana. Bambu dipotong sekitar satu hingga satu meter setengah. Lalu, sekat-sekatnya di dalam bambu dilubangi. Sedangkan ujung bawahnya ditutup dan juga dibuat lubang kecil sebesar ibu jari. Selanjutnya, ujung bambunya dimasuki karbit dicampur air. 

Setelah ditunggu antara dua hingga empat menit, Dari dalam bambu biasanya keluar suara mirip air panas yang mendidih. Lalu, lubang kecil disulut dengan api dan keluar suara keras, duarr... 

Suara tersebut yang kemudian membuat terbang kerumunan burung emprit pemakan padi. Mercon bumbung dibunyikan bersahut-sahutan sehingga gaduh. "Lumayan efektif," kata Utomo, 58 tahun, saat di temui di pinggir pematang sawah, Minggu, 17 November 2013.

Hasilnya burung emprit yang biasanya menyerang secara berkelompok, terbang pergi. Padahal, tiap kelompok burung emprit ini, bisa berisi antara 100 hingga 200 ekor dan terbang bersama-sama di atas tanaman padi. Kawanan burung juga bisa mencapai tujuh kelompok lebih. "Kawanan burung emprit seribu ekor, biasanya bisa menghabiskan minimal 40 kilogram padi per hari."

Show comments
Hide comments
Tidak ada komentar:
Write comment

Latest News

Back to Top